REALISTIC GOALS
oleh adjie
Pernah tersadar bahwa sebenarnya Anda belum kemana-mana ? Pernah tertekan karena banyak hal tidak bisa Anda capai ?
Ada banyak kemungkinan yang bisa jadi penyebab. Bisa jadi Anda memang tidak banyak melakukan langkah produktif yang dibutuhkan untuk sampai pada keinginan Anda. Atau mungkin usaha Anda kurang focus karena Anda kehilangan orientasi. Bisa saja Anda tak tahu mana yang harus diprioritaskan. Mungkin juga Anda punya ambisi yang kelewat besar yang tak bisa dituntaskan dalam sekali pukul. Ada soal-soal sistematisasi langkah yang kemudian bisa berdampak pada sejauh mana efektivitas usaha Anda mengejar apa yang sungguh diinginkan. Yang paling parah adalah jika Anda sendiri justru belum pernah merancang target apa yang hendak dicapai pada waktu tertentu.
Benar, dalam konsep goal setting ada banyak hal yang harus diperhatikan. Karenanya kemudian ada banyak tawaran pendekatan dari banyak ahli. Mereka muncul dan merayu Anda dengan banyak tips, kita dan strategi untuk mendapatkan apa yang Anda mau.
Sebut saja pendekatan yang menggunakan kerangka SMART – specific, measurable, achievable, realistic dan time bound. Pendekatan ini amat popular. Konsepnya sederhana sehingga banyak orang dengan mudah menelannya. Tak sedikit yang sukses lalu membuat endorsement atas pendekatan ini. Tapi banyak juga yang masih berputar-putar, bingung betapa tak mudahnya merealisasikan pendekatan yang dianggap sederhana ini.
Sejatinya, apapun pendekatan kita dalam menetapkan sasaran (minumnya tetap the botol sosro). Maksudnya, apapun pendekatan dalam mengejar sukses, maka semuanya hendak membantu kita untuk mengenali target-target yang hendak kita kejar. Semakin jelas target yang kita mau, maka harapannya akan semakin jelas hendak kemana kita pergi. Lebih penting lagi, kejelasan tujuan juga akan membantu kita untuk memahami apa saja yang dibutuhkan untuk sampai pada tujuan yang sudah kita buat.
Kejelasan target diyakini menjadi salah satu kunci yang akan membantu kita untuk bisa mewujudkannya. Dan ketika kita mampu meraih apa yang dicita-citakan, maka itu semua perlahan tapi pasti akan merangsang kita untuk mengejar hal-hal yang lebih besar. Keberhasilan kecil kita menjadi semacam pondasi tempat kita berpijak dan berancang-ancang untuk melompat lebih tinggi. Keberhasilan-keberhasilan hari kemarin memperkuat keyakinan dan mempertebal rasa percaya diri. Dengan percaya diri yang makin kokoh maka kita juga makin yakin atas kemampuan diri sendiri dalam mengejar hal lain di luar sana. Dinamika pengejaran kita terhadap hal-hal yang lebih besar itulah yang kemudian diyakini membuat hidup kita makin berwarna, dan tentu saja makin bermakna.
Sayangnya kabar baik semacam di atas akan dengan cepat menguap ketika proses goal setting kita tak dikelola dengan baik. Kesalahan dalam menetapkan target akan membuat kita kembali ke titik nol. Anda sungguh akan sekedar berputar-putar seperti pesawat kehabisan bahan baker. Itu bisa terjadi antara lain ketika target yang Anda tetapkan nyatanya tak memberi harapan Anda untuk mencapainya. Ketika target Anda dirasakan tidak realistic, maka perlahan akan muncul perasaan tak berdaya. Anda tak lagi punya harapan untuk mencapai target di atas.
Target yang tidak realistic, yang jelas tak bisa dicapai justru lebih banyak membawa masalah. Common sense kita menegaskan bahwa target yang terlalu tinggi justru membuat Anda jadi frustrasi. Anda seperti dipaksa berlari mengejar kecepatan pesawat tempur. Yang ada bukan gairah dan rasa tertantang untuk mewujudkannya. Yang ada justru kecewa dan kegagalan. Belum apa-apa, bisa jadi ada yang sudah mengeluh dan mengumpat.
Target yang tidak realistic juga dipandang menjadi penguras energi yang kejam. Masuk akal saja sebenarnya. Ketika dihadapkan pada target yang tidak realistic, bisa jadi kita justru sibuk dengan diri sendiri. Bukannya sibuk mengerahkan energi untuk mengejar impian, kita bisa terjebak sibuk meyakin-yakinkan diri sendiri. Butuh energi besar untuk meyakinkan diri sendiri bahwa target di depan mata masih masuk akal.
Mungkin ada di antara Anda yang menganut prinsip “nothing is impossible”. Tak bisa disalahkan, karena tak ada ukuran pasti untuk dijadikan dasar guna menyalahkan keyakinan itu. Sebagai pemompa semangat, keyakinan macam itu mungkin bermanfaat. Anda serasa dikuatkan dan ini bisa jadi sumber daya ledak luar biasa.
Hanya saja, kita juga harus terbuka dan sadar bahwa soal mengejar impian melibatkan banyak hal. Ia tak hanya butuh motivasi. Ada factor usaha yang bisa mempengaruhi hasil akhir. Pada titik tertentu motivasi sangat membantu. Ia menjadi semacam bahan baker yang membuat mesin menyala. Namun untuk menggerakkan mobil, juga dibutuhkan kemampuan mengatur pedal gas, rem dan kopling. Agar Anda selamat tak celaka, Anda juga harus memiliki abstraksi keruangan. Anda tahu berapa jauh jarak mobil di depan dan di samping Anda. Feeling macam ini bertumbuh sejalan dengan jam terbang dan latihan.
Bagi yang sama sekali belum pernah pegang setir, maka mengatar penumpang ke tujuan tertentu adalah sebuah target yang tidak realistic. Setelah ikut kursus dan punya SIM, saya butuh waktu 3 bulan untuk berani membawa mobil saya sendiri. Ketika saya harus memecat sopir saya, maka dorongan untuk segera bisa menyopir jadi amat kuat. Tekanan eksternal ikut bermain dalam kasus tersebut. Saya dipaksa untuk segera berani mengendarai sendiri tanpa sopir. Waktu itu, target untuk bawa mobil sendiri masih realistic di mata saya. Terutama karena saya sudah pernah belajar mengemudi dan juga ada SIM di tangan. Soal lancer dan tidak adalah soal latihan dan pembiasaan. Dan biasa, pasti ada harga yang harus dibayar agar Anda sampai sebuah kebiasaan baru. Saya masih untung hanya 3 kali menyerempet pagar dan menabrak tembok serta taksi yang sedang berhenti !
Sebagai karyawan dengan pendapatan terbatas, saya memaksa diri untuk mencari tambahan penghasilan. Dengan bekal yang ada, maka peluang di depan mata saya adalah menjadi assessor untuk pemeriksaan psikologis dan juga menjadi fasilitator untuk sejumlah tema pelatihan. Di awal saya serius dengan proses goal setting saya langsung menetapkan target sekian puluh juta untuk pendapatan dari projek sampingan itu. Untung tak banyak yang tahu target saya itu, sehingga sedikit saja yang meracuni pikiran saya dengan komentar negative. Bahkan setelah sekian tahun berjalan, masih saja ada orang yang tertawa mendengar target pendapatan sampingan saya yang terus saya tingkatkan dari tahun ke tahun.
Saya bisa mengerti cara pandang yang menuntun orang-orang itu berpikir demikian. Bisa jadi mereka tak tahu strategi saya. Sangat mungkin mereka memang tak mengenali kapasitas yang saya punya. Karenanya, buat mereka target saya adalah hal yang tidak realistis.
Buat saya sendiri, target macam itu sudah saya hitung seksama. Kalau angka 50 dan 60 juta berhasil saya capai di dua tahun pertama, maka angka 80 juta adalah angka wajar untuk tahun ke tiga bukan ?
Ketidak tahuan orang lain membuat mereka berpikir demikian. Kabar baiknya saya tahu apa yang saya miliki. Saya tahu modal saya yang akan membantu saya untuk mengejar target yang ada. Buat saya angka di atas sungguh masih masuk akal dan realistic. Tak mudah mendapatkannya, namun tingkat keberhasilannya saya duga mencapai 80 %. Dengan begitu dengan meningkatkan sedikit usaha, maka pencapaian 100 % target adalah hal yang wajar saja.
Dari pengalaman sederhana di atas, saya juga belajar bahwa soal goal setting nyatanya melibatkan persepsi sekaligus hitung-hitungan matematis. Ada kombinasi antara soal motivasi di ranah psikologis dengan soal kapasitas di ranah realita. Motivasi saja tak cukup. Namun tanpa motivasi bisa jadi Anda tak bergerak sama sekali.
Berhadapan dengan isu persepsi dan motivasi, Anda memang perlu mencari support system yang kondusif dan memberdayakan. Berada di tengah attitude virus membuat Anda kehabisan energi. Memilih lingkungan yang mendukung akan membantu Anda dan menjaga keyakinan-keyakinan positif Anda. Bagaimanapun your belief in your own success is vital. Kalau Anda sendiri tidak yakin pada apa yang Anda kejar, maka makin berat saja tugas Anda untuk benar-benar mewujudkannya.
Berada di lingkungan yang kondusif juga akan membantu Anda saat berhadapan dengan soal kapasitas. Umpan balik adalah kata kunci. Masukan orang lain tentang kelebihan dan kekurangan kita akan jadi barang mahal. Ia akan jadi bekal yang akan membantu Anda mengakselerasi usaha Anda mewujudkan apa yang Anda mau.
Sebagai penutup, saya percaya bahwa kita perlu belajar untuk merancang sebuah keadaan yang akan mempertebal keyakinan kita. Anda perlu menanamkan keyakinan untuk menjadi pemenang. Sekali lagi, keyakinan macam itulah yang akan menggerakkan Anda. Pada saat yang sama, tetapkanlah target yang sungguh bermakna buat Anda. Kalau target itu tak menarik buat Anda, maka mengejarnya pun Anda akan malas. Impian agung, cita-cita besar tak salah untuk dibuat. Namun jangan terjebak sedemikian rupa sehingga hanya bermodalkan motivasi. Kalau modal Anda hanya satu jenis, maka waktu yang Anda butuhkan akan makin lama saja. Sayangnya tak semua orang sangat sabar berlari dalam jarak jauh. Karenanya susun juga target yang Anda yakini cukup besar tingkat keberhasilannya.
Sabtu, 09 Februari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar